
inewsrakyat.com (Pendidikan) Dalam 2 (dua) tahun belakangan ini penulis terdorong hati untuk menekuni belajar tentang pendidikan karakter juga tentang pendidikan formal. Sebagai pimpinan Redaksi Inewsrakyat.com penulis juga belajar konsep dasar-dasar filsafat,sistem,metode,psikologi,sosiologi dan hal-hal yang berhubungan dengan masyarakat dari berbagai kalangan.
Tujuannya adalah untuk mendedikasikan diri sepenuhnya untuk menggarap dunia pendidikan kepada level yang praktis dan mudah dipahami.Karena minimnya penulis yang terjun menulis tentang pendidikan.

Kiranya dari tulisan tentang pendidikan dapat memberikan pelayanan pendidikan dari konsep teologis,baik kepada pengajar dalam praktir belajar mengajar baik di rumah maupun di sekolah.
Tujuannya agar area pendidikan dengan praktik riil bagaimana menjadi guru,peran,tugas,dan jati dirinya.
Penulis membaca buku karangan Jessy Siswanto,Ferry Yang,pH.D.untuk menulis tulisan ini.
Apakah itu pendidikan?
“Ngapain susah memikirkan pendidikan,cukup anak bersekolah?
Bisa jadi begitu sebahagian pendapat kita.Kata ‘pendidikan” yang dalam bahasa Inggris adalah “education’ berasal dari bahasa Latin “Educare” dimana “e” adalah keluar,dan “ducare’ adalah memimpin.Maka arti dari Education’ atau pendidikan adalah
“memimpin keluar”.Lho,siapa yang dipimpin dan siapa pula yang memimpin? Mari kita memahami seorang filsuf Barat atau Yunani yang bernama Plato.
Plato menganalogikan tentang gua.
Analogi yang sangat terkenal ini penulis ambil untuk memodifikasi pengertian tentang pendidikan itu.
Dalam analogi gua ini Plato mengisahkan, orang-orang sederhana (simple-minded) itu seperti orang yang tinggal dalam gua.Gua itu gua yang sangat gelap.
Dan disana hanya ada satu sumber cahaya,yaitu satu 🔥 api.Dan apinya pun tidak terlalu terang.Setiap orang yang ada disana melihat ke tembok dari gua tersebut Api yang menjadi satu-satunya sumber cahaya itu merefleksikan bayangan dari orang-orang yang tinggal di gua itu.
Jadi semua orang-orang itu melihat bayangan-bayangan mereka berdiri,bayangan mereka bergerak kesana-kemari ,bayangan batu dan hal-hal lain.Tetapi semua itu hanyalah bayangan.Bagi mereka tidak ada sesuatu yang lebih,maka bayangan yang mereka lihat adalah sesuatu yang realitas. Bayangan menjadi realitas,setahun.. bertahun-tahun sehingga realita yang mereka miliki dan percayai adalah bayangan tersebut.Dan mereka hanya berinteraksi dengan bayangan tersebut.
Tidak pernah dengan hal asli.Sampai suatu saat ada satu orang dari gua itu akhirnya keluar.Ketika dia keluar ,dia melihat hal-hal yang riil, hal-hal yang asli.Maka dia melihat dirinya sendiri,dia melihat rumput,sapi,pohon,bunga, ☀️ matahari, 🌙 bulan, bintang 🔯,air,batu,gunung,serangga, binatang-binatang yang lain dan tumbuh-tumbuhan yang lain.
Dan dia bukan hanya melihat tetapi juga dapat menyentuh dan mencium dan dia juga mendengarkan suara-suara. Maka dia langsung menyadari bahwa hidupnya di gua itu adalah hal-hal yang sifatnya tidak riil.Di luar gua,dia menyadari bahwa apa yang betul-betul riil itu tidak sama dengan yang dia alami di dalam gua.Lalu dia ingat teman-temannya di dalam gua.
Dan dia ingin supaya teman-temannya itu mengalami apa yang dia alami di luar gua tersebut, yaitu suatu pengalaman berintraksi dengan hal-hal yang riil. Sehingga dia berusaha mengajar,mendidik temannya dalam gua tersebut supaya mereka terbuka pikirannya dan akhirnya boleh bersentuhan dengan yang riil.Orang ini yang berhasil keluar dari gua tersebut “tercerahkan” yaitu orang yang pikirannya telah dibukakan
Dan dia membuka pikiran orang lain Maka ketika dia kembali ke dalam gua untuk mulai berbicara dengan rekan-rekannya dan berusaha membukakan pikiran dari teman-temannya yang hanya berinteraksi dengan bayangan,maka itulah yang disebut “perjalanan pendidikan”.
Dia berusaha untuk memimpin teman-temannya keluar dari gua yang gelap keluar mendapatkan terang,yaitu yang terhubung kepada kehidupan yang nyata.
Inilah sekali lagi ‘perjalanan pendidikan “.
Tujuan akhirnya adalah membawa kepada kebijaksaan,dari orang-orang yang sederhana itu menjadi orang yang bijaksana untuk memimpin dunia nantinya.Inilah tujuan pendidikan menurut Plato.
Bagaimana dengan guru?
Saya pernah membahas sebelumnya,bahwa dunia pendidikan sering disalah mengerti.Ketika kita memikirkan istilah pendidikan,seringkali kita hanya berpikir tentang sekolah –pendidikan formal, akademik yang sifatnya adalah berusaha menyelidiki, memikirkan sesuatu yang sifatnya berkaitan dengan riset; pengumpulan ilmu pengetahuan atau mempelajari secara runut,yang diuji secara akademik dan akhirnya menerima diploma, sertifikat atau ijazah.Padahal bukan itu satu-satunya pengertian pendidikan.Orang hanya berpikir Pendidikan merujuk kepada sekolah .
Tetapi justru ahli-ahli pendidikan di seluruh dunia memahami bahwa yang paling penting di dalam dunia pendidikan adalah “pendidikan informal”.
Sedikit penulis ingatkan kembali bahwa ada 3 (tiga) jenis pendidikan yaitu formal,nonformal,informal.Satu pembeda yang ada dalam pendidikan formal adalah adanya ijazah atau sertifikat.Jadi ketika lulus SD anak dinyatakan lulus karena dia diberikan ijazah SD.Ijazah ini bersifat internasional.
Kemanapun ijazah dibawa akan tetap valid.Kalau sudah anak sudah pegang ijazah SD tidak perlu lagi diujikan pelajaran kelas 6,5,4,3,2,1 karena dianggap sudah lulus berdasarkan ijazah yang dipegangnya.
Maka anak berhak memasuki jenjang yang berikutnya.Misalnya lagi anak yang masuk TK,maka akan diaturkan hal-hal secara struktur,kurikulum yang sifatnya sistematik. Anak harus belajar yang mana dulu,mana lagi yang berikutnya.Anak harus belajar tata aturan yang formal yang dibuat secara berturut-turut sehingga anak tersebut akan mengakumulasi pengetahuan.
Ketika dinyatakan lulus dari kurikulum tersebut,maka anak dianggap sudah menguasai apapun yang diberikan kepadanya.Inilah kekuatan pendidikan formal.Tetapi itu bukan segala-galanya.Disinilah peran ‘guru” harus aktif dalam perjalanan pendidikan seperti yang kita bahas sebelumnya. Banyak saat ini orang tua dan guru merasa senang kalau anak sudah mengantongi ijazah.Tetapi apakah anak itu sudah berpikiran bijaksana?
Bagaimana dengan pendidikan informal?
Ternyata pendidikan yang paling besar kekuatannya untuk membentuk karakter seseorang atau wawasan dunia seseorang atau kehidupan seseorang bukanlah pendidikan formal,tetapi justru ada di pendidikan informal.
Berbeda dengan pendidikan nonformal,yang adalah pendidikan yang dijalankan dalam institusi atau organisasi yang mirip dengan pendidikan formal tetapi tidak memiliki kekuatan dari Pendidikan formal, sehingga disebut pendidikan informal,seperti kursus-kursus.
Pendidikan informal tidak diikat oleh organisasi pengetahuan sehingga terjadi interaksi yang sangat dinamis.Ada suatu interaksi yang tidak harus berjalan secara sistematis,tidak berjalan harus runut.Disinilah anak dapat ditempa sehingga muncul kependidikannya karena tidak ada pemaksaan.
Misalnya ada anak yang baru lahir,lalu berusia 9 bulan dan dia belajar berjalan,dan ini adalah kebutuhan.Hal ini tidak dipaksakan tetapi anak secara naluri,di dalam dirinya sendiri ada dorongan untuk belajar berjalan.
Maka orangtua akhirnya menyadari bahwa anak sudah waktunya untuk belajar berjalan sehingga orangtua menyediakan waktu,berusaha dan memberi ruang danwaktu untuk anak boleh berkembang di dalam usaha belajarnya supaya bisa berjalan sebagai manusia normal.Tidak ada struktur,tidak ada jadwal.Inilah pendidikan informal.
Informal dan formal setiap orangtua maupun guru harus tekun sehingga anak-anak kita juga akan belajar dengan tekun.Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya,maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.(Dra Rosmita/INR)