Hasil Belajar Dan Proses Belajar

pendidikan karakter anak

Inewsrakyat.com (Pendidikan) Dalam dunia pendidikan, apakah yang kita tekankan di dalam mendidik anak,baik di sekolah bahkan di rumah?Hasil pembelajaran itukah,atau proses pembelajarannya?

Penilaian hasil belajar
Yang penulis maksudkan adalah “hasil belajar” secara lahiriah yang diketahui sebagai angka yang baik,sebagai suatu kriteria sukses yang ditekankan orangtua,guru/pendidik.Sebagai seorang pendidik penulis melihat kasus di masyarakat adalah seorang guru mengajar dengan “cara menghafal”.Sang guru menuntut anak/murid tidak lupa kata “dan” saja,harus menghafal mati.


Dari pantauan penulis di masyarakat dan tempat “home schooling” pengajaran yang demikian mendapatkan nilai kurang baik.”Yang penting seharusnya anak itu mengerti, lalu mampu mengutarakan lagi dengan perkataannya sendiri” ujar Monica,seorang Kepala Sekolah TK Terang Bangsa.

Penilaian berdasarkan bakat
Hasil belajar bukan hanya dilihat dari hasil nilai rapor sekolah,bahkan terkadang juga hasil bakat yang dikembangkan dengan sukses.

Penulis juga sangat menyetujui bahwa bakat itu harus dikembangkan semaksimal mungkin potensi pada anak didik tersebut.Mereka harus dibina dengan baik dan seandainya sang anak atau murid itu “gagal” jangan dibenci bahkan dihina.

Tekankan kepada anak bahwa sukses ada dan kegagalan juga ada.

Perlu dijangkau oleh guru sejauh mana kemampuan anak dalam pengembangan anaknya.

Pernah penulis lihat orangtua mengatur sedemikian rupa anaknya; hari Senin les matematika,hari Selasa les renang,hari Rabu les piano,hari Kamis les balet, orang tua mengatakan anaknya harus sukses.Inilah yang seringkali menjadi sasaran hidup dan filsafat banyak orang.

Penilaian tingkah laku lahiriah.
Bukan hanya proses belajar dan hasil belajar yang perlu diperhatikan tetapi orangtua atau guru juga perlu memperhatikan tingkah laku secara lahiriah.

Baca Juga :  Mengembangkan Kebiasaan Belajar Yang Cerdas

Apakah itu? Yaitu apakah anak atau siswa itu:taat,tidak membangkang,tidak menyulitkan guru /orangtuanya.
Jika hasilnya “ya” kita merasa senang.
Tetapi pada kenyataannya penulis sebagai guru les melihat adanya anak yang dikategorikan “bermasalah”.

Ada yang acuh tak acuh,tidak perduli,ada yang sambil mengunyah makanan setiap pembelajaran.Penulis juga pernah bercakap-cakap dengan seorang anak yang bermasalah,yang sudah kelas 4 (empat) SD (Sekolah Dasar), seorang perempuan belum dapat membaca dengan baik.

Anak tersebut bercerita: Setiap saya mau belajar,apabila ada kesalahan yang saya perbuat,ayah saya langsung pukul,dan seterusnya saya buat kesalahan, takut apalagi disekitar rumah saya “membuli”..bodoh…bodoh”ujar anak tersebut.Penulis memeluk anak ini dan berkata:

Sebagai anak jangan membenci ayahnya ya,baik itu teman atau gurunya juga”.Dan di dalam proses pembelajaran perlu diperhatikan “kebutuhan anak”.

Banyak juga anak yang munafik di depan guru. Sebagai seorang guru dan orangtua apakah yang kita tuntut dari anak? Apakah angka,bakat,watak dan tingkah laku yang baik

?Kita sering mengukur anak dari pandangan luar saja. Apakah yang dipentingkan dari pendidikan? (Mitha/INR)