Disiplin Adalah Karakter Pendorong Kreativitas Siswa Dan Anak

pendidikan karakter anak

Inewsrakyat.com (Pendidikan) Sebagai seorang tidak cukup kita hanya menerima anak atau siswa,memberikan kasih sayang juga mengembangkan kemampuan yang ada pada mereka.

Anak juga membutuhkan “kedisplinan”. Seringkali kita melihat anak atau siswa mencoret-coret bukunya dengan sembarang atau bahkan mencoret dinding rumah bahkan dinding sekolah,

biasanya dilakukan anakTaman Kanak-kanak ataupun Sekolah Dasar dikelas satu atau kelas 2.Anak yang demikian tidak memiliki penguasaan diri (self controling).

Untuk menanamkan disiplin pada anak,perlu terlebih dahulu anak diberikan kasih sayang.
Ada beberapa faktor yang harus diberikan untuk mendisplinkan anak,diantaranya:

Faktor Pengarahan


Disiplin berarti diberikan pengarahan mana yang benar dan mana yang tidak benar.Dasar benar dan salah harus mempunyai standart yang benar.Tapi menurut pantauan penulis yang berdomisili di Kabupaten Karo ini untuk menjadi guru yang benar sudah sukar ditemukan,pola hidup guru sudah luntur dan tidak lagi murni sebagai pendidik.

Sudah kehilangan standar yang benar dari hati yang terdalam untuk benar-benar mendidik dan mengarahkan.


Bahkan dari anak yang saya les sudah kelas 4(empat) sekolah dasar untuk membaca dengan baik saja masih sukar terlebih mata pelajaran yang lain.Setelah diarahkan beberapa kali pertemuan sudah banyak perkembangan yang signifikan dalam mata pelajaran terlebih pendidikan karakternya.

Untuk mendidik anak atau siswa kita benar-benar jelimet mengarahkan kepada standar yang benar sesuai kurikulum yang berlaku.

Faktor Pengendalian

Disiplin berarti ada pengendalian diri.Sejak lahir manusia itu sudah mempunyai ‘tabiat salah”.Kita dapat melihat anak kecil yang masih menyusui pada ibunya berkata:”kubunuh kau,kubunuh kau”,hanya karena ibunya meninggalkannya dalam waktu yang sebentar,padahal sianak belum pernah mendengar perkataan yang demikian dari orangtuanya bahkan dari orang lain.

Baca Juga :  Giat Dinas Perpustakaan dan Arsip Karo "Literasi Kopi II" Berjalan Sukses..!


Menurut hasil riset kriminalitas di Minnesota (ini penulis baca dari buku karangan Stephen Tong),hasilnya adalah: setiap bayi dilahirkan sebagai manusia yang tidak beradab;yaitu egois.Apa saja yang diminta harus dipuaskan,ia akan marah-marah.

Tidak ada seorang ibupun yang mengajarkan anaknya marah-marah atau menangis kalau tidak diberikan apa yang dia inginkan. Dari hasil riset ini anak-anak yang tidak ada pengendalian diri akan cendrung menjadi seorang kriminal,itulah sebabnya seorang anak perlu sekali pengendalian diri.Disiplin berarti perlu pengendalian diri.

Faktor Berkelanjutan Yang Konsisten


Ketika kita menjalankan kedisiplinan,kedisiplinan itu haruslah dijalankan dengan berkelanjutan.Biasanya yang sering terjadi orangtua atau suami istri tidak konsisten dalam mendidik anak.

Akibatnya anak menjadi bingung akan apa yang menjadi “panutan”. Konsistensi diperlukan bagi semua pihak,antara kakek nenek,antara suami istri bahkan pengasuh maupun pembantu untuk kestabilan emosi.Misalnya kalau anak lagi sedih tidak boleh mengerjakan ini itu atau kalau lagi senang tidak boleh begini begitu.

Maka tidak ada standarisasi yang harus dilakukan,karena semuanya berdasarkan emosi.Semuanya berdasarkan situasi dan kondisi. Misalnya ketika ada tamu datang ke rumah,anak diperbolehkan melakukan apa saja tetapi begitu tamu tak ada di rumah,ada larangan ini dan itu.


Perlu berkelanjutan antara tutur kata dan tindakan Seringkali orangtua atau pendidik menggunakan ancaman yang berlebihan, namun kemudian perkataan yang kita katakan tidak kita jalankan,karena memang tidak mungkin.Memang ada pengecualian namun perlulah kita konsisten.

Faktor Pengajaran


Dalam menjalankan kedisiplinan kita perlu mengerti tentang “penghajaran”. Dengan segala cara orangtua atau pendidik untuk mengajar mendidik anak atau siswa. Misalnya seorang anak tak pernah dipukul,memang tidak semua anak perlu dipukul,tetapi jika anak melakukan kesalahan ia perlu dipukul tetapi bagian-bagian tertentu yang dapat dipukul,seperti bagian “pantatnya”.

Baca Juga :  Pembentukan Karakter Bagi Anak TK dan SD Tentang Penerimaan

Walau sakit tetapi karena bagian pantat itu punya daging yang tebal tidak bisa luka dalam. Jadi harus hati-hati dalam memukul agar tidak terjadi yang tidak diinginkan,agar tidak menyesal dikemudian hari. Dengan hajaran pada anak atau murid itu untuk mereka “mengerti” untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari.


Ada suatu kejadian dimana seorang anak sangat dimanjakan orangtuanya.Apabila dengan nilai tertentu orangtua memberikan hadiah yang telah ditentukan pula.

Pada umurnya yang masih belia diberikan orangtuanya mobil Marcedes Benz bahkan usianya masih kisaran kelas 2 SMP ia sudah dibelikan rumah lengkap dengan pembantu beberapa orang.Sang anak hidup sesuka hatinya.

Kalau makanan tidak enak dilemparkan ke kaca bahkan piring dan mangkuk dipecahkan.Begitulah kelakuan anak hingga orangtuanya membawanya ke psikiater,namun psikiater tidak menemukan masalah pada sang anak dan psikiater hanya menyarankan untuk ‘memukul anak”.

Dalam suatu kejadian orangtuanya benar-benar memukul dia.Anaknya kemudian berkata:”Telah bertahun-tahun aku menantikan orangtuaku memukul aku,memperdulikan aku,menghajar aku “.

Temanku mereka dipukul orangtuanya,tetapi aku tidak dipedulikan orangtuaku!”ujarnya.

Mengasihi anak atau anak didik selain mendidik mereka dengan kasih sayang harus juga disertai disiplin.(Mitha/INR)