Pembentukan Karakter Anak Dan Siswa Dengan Kasih Sayang Yang Tepat

pendidikan karakter anak

inewsrakyat.com Sebenarnya penulis kurang mampu membahas tentang “kasih sayang”,tetapi penulis sering mendengar orangtua berkata kepada anaknya, “Saya mengerjakan ini semua karena saya menyayangi engkau”.

Tetapi anak tersebut tidak merasakan kasih sayang tersebut malah mungkin anak itu merasakan bahwa orangtuanya bukan seperti ayah/ibu kandungnya,bahkan anak membenci orangtuanya itu.

pembentukan karakter anak


Sebenarnya orangtua yang normal pasti sangat menyayangi anaknya,namun percakapan yang baik tidak dirasakan oleh anak,bahkan anak tidak merasakan kasih sayang itu. Hal ini karena kasihsayang yang kurang tepat.


Apakah itu kasih sayang yang kurang tepat ?


1.Kasih yang bersifat memiliki.


Keinginan untuk memiliki menjadikan orangtua atau guru mendorong anak untuk bersandar kepada mereka secara berlebihan, ketika anak masih kecil hal itu wajar ia bergantung pada orangtuanya.

Bisa anak bergantung sepenuhnya kepada orangtuanya namun seiring berjalannya umur anak itu,tingkat ketergantungannya seharusnya berkurang.

Kalau tidak demikian maka perkembangan emosi bahkan intelegensi anak akan berpengaruh bahkan terganggu.

Banyak orangtua atau guru menginginkan anaknya terus bergantung kepada mereka tanpa disadarinya.Anak asuh dianggap menjadi milik mereka,harta berharga mereka yang pada akhirnya menghalangi anak-anak menjadi mandiri.

2.Kasih sayang yang bersifat menggantikan.


Kasihsayang yang tidak tepat berikut ini menghendaki anak-anak atau murid-murid dapat mewujudkan cita-cita yang diinginkan oleh gurunya atau orangtuanya dimana dimasa lalu guru atau orangtuanya merasa gagal mencapai cita-citanya tersebut.

Misalnya seorang ayah menggembleng anaknya untuk menjadi ‘pemusik’,dipaksa sedemikian rupa agar anaknya berhasil.Kasih sayang seperti ini merupakan kesalahan.

Juga ada seorang ibu yang menginginkan anak lelakinya terjun ke dunia olahraga,padahal anaknya tersebut tidak punya bakat dalam hal itu.

Baca Juga :  Pemerintah Siap Lindungi Jemaah Haji & Petugas Haji Dalam Progam JKN


Kasih sayang seperti ini adalah kasih yang bersyarat,anak dituntut melakukan cita-cita yang diinginkan oleh gurunya atau orangtuanya.


Kasih sayang yang demikian ini berbahaya,Mengapa?,ini adalah batasan perilaku,bakat yang memuaskan guru atau orangtua,hal ini tidak tepat dan tidak adil.

3. Kasih Sayang yang bersifat memutarbalikkan peranan


Orangtua dan guru memutarbalikkan peranan demi memuaskan keinginan orangtua atau gurunya.Seperti contoh “orangtua yang kesepian” ia berperan seperti anak yang dimengerti oleh anak atau murid.


Atau ada seorang ayah yang sering mengajak anaknya ke kantor,yang katanya merasa ada yang kurang untuknya kalau tidak melakukan itu.


Ayah ini kurang stabil dalam emosi sehingga minta bantuan anaknya agar sering menemaninya di kantor.

4.Kasih sayang yang bersifat pilih kasih.


Seringkali terjadi tanpa kita sadari memilih kasih kepada anak-anak atau murid-murid.Kita bisa pilih kasih karena bersyarat.Secara umum anak yang pintar,cantik dan menarik yang kebutuhannya sudah dicukupkan orangtua atau orang lain.

Justru orang yang kurang menariklah yang membutuhkan kasih sayang.Mungkin mereka berasal dari keluarga yang tidak dapat merasakan kasih sayang dari orangtua mereka.

Tetapi seringkali justru kita memperhatikan orang yang sudah dicukupkan kasih sayang dari orangtuanya.

Justru orang yang lambat belajar,kurang menarik luput dari perhatian guru.Jadi anak sering membuat kegaduhan atau kenakalan untuk mencari perhatian orangtua atau gurunya.

Justru disinalah peran orangtua atau guru untuk memperhatikan lebih agar tidak menimbulkan kesenjangan kasih sayang kepada mereka.

Lalu bagaimana menyayangi anak atau siswa-siswi dengan tepat?


Pandanglah setiap anak itu adalah anak-anak yang butuh kasih sayang.

Seorang guru atau orangtua dengan “rela” memberi dan berkorban baik tenaga,waktu dan pikiran bahkan berkorban perasaan bila perlu.

Baca Juga :  Penilaian Proses Pembelajaran Dalam Dunia Pendidikan

Lihatlah anak atau siswa itu sebagai harta “paling berharga”untuk masa depan keluarga,masa depan bangsa.(Mitha/INR)